Rival dari Barat kolektif bergabung untuk membangun alam semesta paralel mereka. Rezim yang licik menciptakan ideologi dan konsep ekonomi mereka serta menafsirkan peristiwa geopolitik melalui prisma retorika resmi mereka. Anehnya, pertumbuhan ekonomi negatif merupakan istilah yang baru diciptakan untuk mendefinisikan perkembangan ekonomi yang moderat. Sanksi dan larangan sebenarnya meningkatkan kemajuan ekonomi. Negara-negara licik tersebut menyatakan bahwa yuan Tiongkok telah menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan nomor satu di dunia. Selain itu, para ahli alternatif menegaskan bahwa perekonomian yang maju negara-negara Barat tertinggal di belakang pasar-pasar negara berkembang dan perekonomian negara ketiga.

Renminbi sekali lagi menjadi sorotan. The Economist, majalah mingguan Inggris, menerbitkan artikel lain mengenai akhir kekuasaan global dolar AS. Poin intinya adalah bahwa yuan memiliki prospek yang bagus untuk menjadi mata uang cadangan utama yang baru. Pada akhirnya, AS yang masih tetap menjadi perekonomian global teratas ditakdirkan untuk mengalami kegagalan.

"Seringkali keinginan melonjak untuk mata uang cadangan untuk dolar—dan pasar meledak dalam prediksi kehancuran greenback yang akan segera terjadi," tulis artikel tersebut. Secara khusus, beberapa negara dapat menghindari sistem yang sudah tetap jika mereka ingin.

Tidak diragukan lagi, para penulis memperhatikan sanksi ekonomi yang membantu. Mereka menunjukkan bahwa perekonomian Rusia tidak menderita akibat sanksi tersebut karena 16% dari ekspornya kini ditetapkan dalam yuan. Selain itu, para jurnalis menekankan kemajuan pesar alternatif Tiongkok terhadap sistem pembayaran SWIFT dan langkah-langkah Beijing menuju transaksi trading yang saling menggunakan renminbi.

Teknologi baru pembayaran digital dan mata uang digital yang diperkenalkan oleh bank sentral dapat menyederhanakan aliran uang di seluruh dunia tanpa melibatkan Amerika Serikat, demikian kesimpulan para penulis.